Analisis: Putusan pengadilan di Indonesia menimbulkan pertanyaan mengenai keabsahan pemilu 2024
quoted from: REUTERS.COM | editor : kurdi ardiyansah
17 Oktober, Jakarta (Reuters) - Kekhawatiran terhadap integritas pemilu di negara demokrasi terbesar ketiga di dunia ini mengemuka melalui keputusan penting yang dibuat oleh mahkamah konstitusi negara tersebut, hanya beberapa hari sebelum para kandidat secara resmi mendaftar untuk pemilu.
Batasan usia minimal 40 tahun bagi calon presiden atau wakil presiden, asalkan mereka terpilih untuk menduduki posisi regional, dicabut oleh pengadilan pada hari Senin. Dengan demikian, putra Presiden Joko Widodo yang berusia 36 tahun bisa ikut serta dalam pencalonan.
Keputusan tersebut, yang diambil oleh pengadilan yang dipimpin oleh saudara ipar presiden, telah memicu kekhawatiran akan kembalinya politik patronase di negara yang baru 25 tahun lalu melepaskan diri dari pemerintahan otoriter Suharto.
Tim Lindsey, pakar hukum Indonesia di University of Melbourne, menyatakan, “Saya rasa tidak ada satu orang pun di Indonesia yang tidak mengetahui bahwa permohonan tersebut pada dasarnya adalah tentang apakah putra presiden dapat mencalonkan diri sebagai calon wakil presiden. "
Permintaan komentar tidak segera dijawab oleh istana presiden atau pengadilan.
Pada tanggal 14 Februari tahun berikutnya, negara di Asia Tenggara ini akan menyelenggarakan pemilihan presiden dan legislatif secara serentak. Presiden yang akrab disapa Jokowi ini telah menjabat paling lama dua periode sehingga tidak berhak mencalonkan diri lagi.
Namun keputusan pada Senin tersebut membuka jalan bagi Gibran Rakabuming Raka, Wali Kota Surakarta dan putra sulungnya.
Pengumuman tersebut muncul di tengah rumor yang tersebar luas bahwa presiden, yang sebelumnya dipuji karena menghancurkan tradisi para pengawal lama di era Suharto, sedang mempersiapkan putranya untuk menggantikannya sebagai wakil presiden dan pasangan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, yang kini menduduki puncak jajak pendapat. .
Mitra terkuat Prabowo dalam mencalonkan diri adalah Gibran, menurut pernyataan pada hari Selasa dari perwakilan partai Gerindra yang dipimpin mantan jenderal tersebut.
Prabowo, putra mantan menteri kabinet dan mantan menantu Suharto, diperkirakan mendapat manfaat besar dari dukungan Jokowi, menurut para analis.
Presiden Indonesia sebelumnya diperkirakan akan membagi dukungannya kepada dua calon presiden teratas, namun para pengamat mengatakan keputusan pengadilan menunjukkan bahwa ia akan mendukung Prabowo.
Jokowi menang atas Prabowo yang berusia 72 tahun dalam dua pemilihan presiden terakhir.
“Ini adalah keputusan yang memalukan karena banyak masyarakat Indonesia melihatnya sebagai hilangnya independensi pengadilan, dan terdapat konflik kepentingan serta intimidasi yang menyebabkan pengadilan membiarkan presiden saat ini, yang tidak dapat menjabat untuk masa jabatan ketiga, menggantinya dengan membangun sebuah dinasti. "ucap Lindsey.
Menurut Bivitri Susanti dari Fakultas Hukum Jentera di Indonesia, keputusan tersebut "lebih buruk dari Soeharto".
MENJELAJAHI 'DODO'
Para analis mengklaim bahwa Jokowi, pemimpin ekonomi terbesar di Asia Tenggara, telah melakukan manuver di belakang layar untuk mempertahankan reputasinya dan meningkatkan kekuasaannya setelah ia meninggalkan jabatannya.
Jokowi adalah seorang operator politik yang terampil dan mungkin berharap bahwa dukungan yang kuat terhadapnya akan melindunginya dari kritik, namun pendiri majalah investigasi Tempo, Goenawan Mohamad berpendapat bahwa hal itu adalah risiko yang bodoh.
Jokowi tidak akan menjadi pusat kekuasaan pada tahun 2024. Dia akan menjadi orang yang dodo, bukan orang yang lemah. Percaya bahwa anaknya akan lolos dari pembalasan politik atau popularitasnya akan bertahan adalah arogansi,” tambah pembicara.
Para analis berpendapat bahwa sungguh menakjubkan bahwa Jokowi dapat mempertahankan tingkat popularitasnya yang tinggi meskipun ada para pengkritiknya yang menyatakan bahwa ada kecenderungan kemunduran demokrasi, termasuk terkikisnya lembaga-lembaga negara.
Salah satu dari empat hakim yang berbeda pendapat di panel sembilan hakim yang memberikan keputusan pada hari Senin, Hakim Saldi Isra menyatakan ketidaksenangannya terhadap posisi rekan-rekannya yang jelas-jelas tidak sesuai setelah mereka sebelumnya menolak permintaan yang sama.
“Ini pertama kalinya saya menemukan kejadian yang luar biasa aneh, yang bisa dikatakan di luar batas nalar yang wajar,” ujarnya.
Di Indonesia, perselisihan pemilu adalah hal yang biasa terjadi setelah pemilu yang penuh warna dan energik, yang mana permohonannya diajukan ke mahkamah konstitusi.
“Putusan pengadilan telah menghancurkan kepercayaan masyarakat terhadap sistem peradilan yang independen dan perselisihan politik apa pun di masa depan akan dengan mudah memecah belah negara,” kata Goenawan dari Tempo.
Harian berbahasa Inggris terkemuka di Indonesia, The Jakarta Post, menyatakan dalam editorialnya bahwa ada kekhawatiran mengenai legitimasi pemilu yang akan datang. Sepertinya permainan ini dicurangi untuk menguntungkan beberapa pemain dibandingkan yang lain."
0 Response to "Analisis: Putusan pengadilan di Indonesia menimbulkan pertanyaan mengenai keabsahan pemilu 2024"
Posting Komentar